Bahaya Obesitas pada Anak, Bukan Lucu

Belakangan ini viral di media sosial balita berusia 16 bulan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dengan berat badan 27 kilogram.

Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8 persen sedangkan obesitas usia 18 tahun ke atas sebanyak 21,8 persen.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, mengingatkan orang tua tak menganggap lucu anak yang terlalu gemuk atau obesitas karena kondisi tersebut sebenarnya merupakan penyakit.

Begini Cara Menimbang Berat Badan yang Benar “Obesitas adalah suatu penyakit, jangan dianggap itu adalah kondisi sehat atau anak jadi lucu, jangan jadi idaman semua orang tua,” kata Piprim.

Menurutnya, obesitas bisa menjadi salah satu gejala sindrom metabolik selain hipertensi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, dan rendahnya kadar kolesterol baik atau HDL.

Ia menjelaskan beberapa tahun kemudian sindrom metabolik itu dapat berubah menjadi penyakit degeneratif seperti stroke, serangan jantung, keganasan atau kanker, diabetes melitus, dan lain-lain.

Segera bawa ke dokterPiprim pun menyarankan untuk segera membawa ke dokter jika anak mengalami obesitas.

Cara mengetahuinya menurut laman resmi Kementerian Kesehatan salah satunya dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT).

Rumusnya berat badan dalam satuan kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam satuan meter.

8 Makanan Berkalori Tinggi untuk Menambah Berat Badan, Termasuk Cokelat Hitam Anak dapat dikatakan kelebihan berat badan jika IMT lebih dari 22,9 dan dikatakan obesitas I jika IMT berada di angka 25-29,9 dan obesitas II jika IMT lebih dari 30.

Piprim menjelaskan untuk mencegah anak mengalami obesitas kuncinya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

“Stop ultraprocessed food, junk food tinggi gula dan tinggi tepung, kembali ke real food yang kaya protein hewani dan sayuran hijau.

Kembali ke makanan yang tanpa barcode agar hidup keluarga lebih sehat,” ujarnya.

“Jangan lupa juga, jadikan olahraga rutin sebagai budaya sehat keluarga.” Pilihan Editor: Penyebab Obesitas Menurut Ahli Gizi, Bukan karena Banyak Makan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *