Daya Rusak Narkoba Jenis Sabu bagi Organ Tubuh, Mau Tahu?

Sabu atau methamphetamine (metamfetamin) adalah stimulan kuat dan sangat adiktif yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat.

Bahkan, sabu juga dapat mengancam nyawa seseorang.

Sabu dapat digunakan dengan beberapa cara, yaitu dihisap, dihirup, disuntikkan, atau dikonsumsi secara oral dan sering dicampurkan dengan zat lain.

Seseorang yang menggunakan sabu mungkin mengalami perasaan euforia, kewaspadaan, dan energi yang meningkat untuk sementara.

Sebab, sabu dapat meningkatkan jumlah dopamin dan bahan kimia alami di otak.

Kasus Ketua RT Jadi Pengedar Sabu, Polres Metro Jakarta Pusat Tangkap 4 Kurir Narkoba Nantinya, dopamin ini akan terlibat dalam gerakan tubuh, motivasi, dan penguatan perilaku yang bermanfaat.

Kemampuan obat untuk melepaskan dopamin tingkat tinggi dengan cepat di area otak sangat memperkuat perilaku penggunaan obat sehingga membuat pengguna ingin mengulangi pengalaman tersebut, sebagaimana tertulis dalam nida.nih.gov.

Sabu tidak hanya mengubah cara kerja otak, tetapi juga mempercepat sistem tubuh ke tingkat yang berbahaya dan terkadang mematikan.

Itulah akibatnya sabu dilarang dikonsumsi oleh sebagian besar negara, termasuk Indonesia.

Bahaya Penggunaan Sabu Tim Medis Arab Saudi Selamatkan Jemaah Haji Indonesia yang Terkena Serangan Jantung Adapun, bahaya mengonsumsi sabu digolongkan menjadi dua kategori, yaitu bahaya jangka pendek dan jangka panjang.

1.

Jangka Pendek Meskipun seseorang hanya mengonsumsi sabu dalam jumlah kecil, tetapi dapat pula menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya dalam jangka pendek.

Bahaya kesehatan mengonsumsi sabu dalam jangka pendek adalah sebagai berikut: 2.

Jangka Panjang Merangkum samhsa.gov, penggunaan sabu kronis dapat menyebabkan banyak bahaya kesehatan dalam jangka panjang yang merusak organ, meskipun seseorang tersebut telah berhenti menggunakan sabu.

Berikut adalah bahaya kesehatan jangka panjang mengonsumsi sabu, yaitu: Selain itu, penggunaan sabu secara terus-menerus juga menyebabkan perubahan dalam sistem dopamin otak yang berhubungan dengan berkurangnya koordinasi dan gangguan pembelajaran verbal.

Pada sebuah penelitian terhadap pemakai sabu dalam jangka panjang, perubahan parah juga memengaruhi area otak yang berkaitan dengan emosi dan memori.

Kondisi ini menjelaskan ada banyaknya masalah emosional dan kognitif yang terlihat pada seseorang ketika menggunakan sabu.

Meskipun beberapa dari perubahan otak ini dapat pulih setelah berhenti menggunakan narkoba jenis sabu selama satu tahun atau lebih, tetapi perubahan lain mungkin tidak pulih bahkan setelah jangka waktu lebih lama.

Pilihan Editor: Bukan Hanya Ammar Zoni Selebritas Terjerat Narkoba Lebih dari Satu Kami, Siapa Lagi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *